 |
| Jacob Ereste. |
".....Kami sebagai rakyat tak lagi mau janji palsu dan jangan pula cemaskan kami untuk ikut membayangkan pesta demokasi seperti perang badar......karena kami pun tidak buta sejarah...."
Kecerdasan dan keteguhan hati rakyat tidak bisa diabaikan hanya dengan money politik atau nilai sembako yang tidak seberapa jumlahnya itu. Kecerdasan dan keteguhan hati rakyat cukup rasional untuk menerima apa pun bentuk pemberian dari pihak kandidat, tanpa harus mengubah ketetapan hatinya yang telah diyakini sebelumnya. Begitu juga dengan mereka yang tak hendak memilih, pun telah sangat sadar serta paham bahwa semua itu merupakan hak yang tidak bisa dan tidak boleh diintervensi oleh pihak lain. Jadi apalagi hanya sekedar sembako dan uang receh yang tidak seberapa jumlahnya itu.
Cara lain pun untuk mengajuk hati rakyat agar menjatuhkan pilihan pada kandidat tertentu dengan cara membuat beragam macam acara--mulai dari makan bersama, nyanyi dan minum-minum bersama, termasuk acara kunjungan dan sebagainya itu--jelas hanya ingin mengharap dukungan dari rakyat sebagai pemilih yang mempunyai lrgalitas suara.
Lalu dalam kondisi dan posisi seperti itu, dimana asyik dan nikmatnya bagi rakyat bila menerima sesuatu dari kandidat tertentu bisa dipastikan mau mengubah keyakinan pilihan yang telah dia tetapkan?
Agaknya terlalu gegabah dan ceroboh bila berasumsi adanya money politik atau pemberian paket sembako jadi semerta-merta sikap pilihan rakyat terus betubah !?
Asumsi serupa itu jelas sangat gegabah. Sebab tidak ada jaminan juga bagi rakyat akan memilih atau tidak memilih satu diantara kandidat yang ada
Justru menjadi sangat tidak rasional selama pesta rakyat tidak mendapat apa-apa kecuali janji dan intimidasi serta ketakutan yang mengerikan. Apalagi sampai dipadankan dengan perang badar.
Banten. 28 Februari 2019.
