Bupati Pidie Jaya Buka Seminar Al Quran
PIDIE JAYA,MA- Bupati Pidie Jaya, H. Sibral Malaysia, membuka Kegiatan Seminar Al-Qur'an, di lantai 3, Aula kantor Bupati Pidie Jaya, pada Selasa, 04/11/2025.
Seminar Al-Quran dengan tema Membangun Aceh Bermartabat Serta Internalisasi Nilai Al-Quran Di era Transportasi digital, diisi oleh Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, MA dan Dr. Muchlis Muhammad Hanafi, MA. Kehadiran kedua tokoh Islam nasional ini mendapat antusias para peserta seminar.
Pada sesi pertama, narasumber Prof. KH Said Agil Husin Al Munawar, MA memaparkan tentang keistimewaan Aceh dalam peradaban bangsa Indonesia, Aceh tidak hanya menjadi pintu masuk agama Islam ke Nusantara, namun juga menjadi pusat pembelajaran, dakwah dan penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial, politik dan budaya masyarakat.
“Identitas keislaman sudah membentuk karakter masyarakat Aceh yang religius, tangguh, serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan spritual yang bersumber dari Al-Qur'an. Memasuki era transformasi digital, Aceh menghadapi tantangan besar dalam menjaga dan meng Internalisasi nilai-nilai tersebut, ditengah perubahan zaman yang sangat cepat,” paparnya.
Menurut KH. Kata Agil, arus informasi yang tidak bergantung dapat berdampak positif dan negatif bagi, namun seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
“Menyikapi kemajuan teknologi informasi digital tersebut, Internalisasi nilai-nilai Al-Qur'an menjadi kebutuhan yang mendesak, agar kemajuan teknologi tidak menggerus kemuliaan moral dan martabat Aceh”, tambah mantan menteri agama RI.
Sementara itu, pada sesi kedua Dr. Muchlis Muhammad Hanafi, MA dalam makalahnya berjudul “Membangun Aceh Bermartabat, Aktualisasi Nilai-Nilai Islam Di Era Digital”.
“Transformasi digital dapat menjadi peluang dan ancaman. Ia dapat menjadi sarana dakwah yang luar biasa, namun ia juga dapat menjadi pintu fitnah, penyebaran esensi, radikalisme berbasis algoritma dan krisis adab di ruang publik. Dampak tersebut juga dapat mempengaruhi kehidupan di Aceh yang merupakan wilayah yang dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah,” ujarnya.
Dr. Muchlis menambahkan, kekhususan Aceh bukan terletak pada simbul-simbul lahiriah, tetapi pada tegaknya nilai-nilai Al-Qur'an dalam kehidupan masyarakatnya. Martabat sejatinya tidak diwariskan, namun dibangun setiap hari melalui iman, ilmu dan amal.
