terkini

Jacob Ereste : Money Politik Hingga Janji Kampanye Bagi Rakyat

3/02/19, 11:32 WIB Last Updated 2019-03-02T04:32:01Z
Jacob Ereste.

Politik uang jelas beranjak dari dugaan lancung dari dugaan salah terhadap rakyat pemilih yang gampang dibeli dengan sembako dan duit sekedarnya antara Rp 50.000 - Rp  300.000,- Under estimate serupa ini jelas keluru, karena rakyat sudah cukup cerdas sekarang. Berapa pun yang diberi oleh pihak kandidat apapun-Pilpres, Pileg maupun Pilkada-semua bisa diterima tanpa harus menggoyah pilihan yang sudah mantap kelak akan menjadi unggulan. Sebab apapun yang diberikan oleh kandidat pada rakyat dapat dipahami sebagai bagian dari kegembiraan pesta demokrasi yang tidak perlu mengubah ketetapan pilihan yang sudah mantap hendak dijagokan.

Oleh karena itu, kekhawatiran banyak pihak terhadap politik uang-atau sembako termasuk beragam bingkisan lsin-itu semua sudah dipahami rakyat sebagai pemilik suara wajar-wajar saja sebagai upaya mengajuk hari para pemilih agar mau ikut memilih ditinya dalam pemilihan Presiden, Anggota Dewan atau bahkan Calon Kepala Daerah.

Semua-menurut rakyat kebanyakan sekarang tak ada masalah, sejauh tidak ada paksaan dari yang bersangkutan. Demikian juga untuk pemilih yang mau dengan suka rela menfalihkan pilihan semula kepada sosok kandidat yang baru dikenalnya.

Atau justru sebakiknya mereka justru semakin yakin dan mantap pada sosok kandidat yang telah ditentukannya sejslak lama.

Jadi apa soalnya bagi seorang kandidat yang mau membagi-bagikan harta kekayaannya secara suka rela ?

Yang menjadi masalah adalah mereka yang memberi sesuatu-entah langsung kepada rakyat atau komunitas tertentu misalnya-lalu meminta kembali pemberiannya itu karena tidak terpilih atau kalah. Pemerintah hendaknya hadir dan ikut  mengamankan orang yang bersangkutan, karena bukan saja tidak etis, tetapi juga dapat membuat keonaran.

Saya kira sudah saatnya dipikirkan bahwa pemberian bingkisan seperti apapun hendaknya tidak terus dipandang sebagai upaya suap atau untuk mempengaruhi orang lain yang tidak boleh dilakukan. Semua hendaknya dilihat dan dinilai sebagai sesuatu yang wajar. Sama seperti setiap hari atau malam hari mengadakan acara makan siang bersama lalu sesudahnya ketika pulang mendapat takir atau sejenis bingkisan lain yang mungkin tidak seberapa nilainya. Toh pests patut dimeriahkan dengsn hati yang riang gembira.

Pendeknya, Pilpres, Pileg maupun Pilkada sudah saatnya dinikmati sebagai suatu rutinitas lama tahunan yang tidak perlu menimbulkan ketegangan. Percayalah rakyat kuta sudah cukup dewasa dan cukup memiliki pengalaman Pemilu yang nyaris tak pernah merasakan nikmat dan berjahnya. Setelah itu, toh rakyat semakin capek dan jengah menagih janji-janji kampanye yang sudah dilupakan.

Banten, 27  Februari 2019.
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Jacob Ereste : Money Politik Hingga Janji Kampanye Bagi Rakyat

Terkini

Topik Populer