Opini : MENGGALI PENYEBAB BANJIR BANDANG
February 19, 2023
Mediaadvokasi.id
Secara Islam, hujan memang kehendak Allah. Meski demikian Allah juga menurunkan Sebab dan Musabab sehingga menimbulkan Akibat. Di dalam Pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, disebut Hubungan Sebab Akibat. Umpamanya, ketika Allah mencabut nyawa seorang hamba NYA, Allah juga mentakdirkan sebab sehingga berakibat hamba NYA tersebut Meninggal Dunia. Bisa karena kecelakaan lalu lintas atau karena penyakit lainnya.
Begitu pula dengan Banjir Bandang.
Juga karena kehendak Allah menurunkan hujan berlebihan.
Bisa dalam satu hari penuh, atau dua hari dan bahkan satu minggu berturut-turut sehingga air melimpah ruah. Sungai-sungai yang Drainasenya kurang memadai (buruk), tidak sanggup menahan derasnya arus air yang semuanya berebutan mencari tempat yang paling rendah. Tentu saja bermuara ke laut. Belum lagi benteng-benteng sungai yang rendah dan rapuh.
Tatkala arus air yang deras berebutan mencari posisi yang paling rendah, sungai-sungai yang dangkal, kecil dan semak akan menghalangi arus air, lalu meluap ke pemukiman warga.
Mari sejenak kita bicarakan soal hujan di pegunungan, air sangat cepat mengalir dari atas bukit, turun ke lembah-lembah, alur dan anak sungai, berdesak-desakan di sungai menuju laut.
Lalu apa penyebab air begitu cepat turun ke sungai?
Pertama, Karena hutan sebagai penahan laju air (tahanan) sudah tidak ada lagi, sehingga dengan begitu mudah air turun ke sungai.
Lalu Kemana hutan kita pergi?
Pembalakan (penebangan) hutan secara liar bisa jadi salah satu penyebab hutan hilang. Tapi penebangan yang bagaimana?
Jika penebangan yang dilakukan warga (petani) untuk membelah kayu dengan datu Chinsaw, itu tidak akan menghabiskan hutan kita. Sebab saat mereka dalam menebang kayu, mereka memilih pohon kayu apa yang akan ditebang. Mereka berpindah-pindah tempat, barang kali satu tahun kemudian baru balik lagi ke tempat yang ditebang pertama. Batang kayu sisa penebangan dulu sudah tumbuh besar kembali. Hutan tidak akan hilang atau rusak yang berarti.
Para pencari nafkah dengan memotong kayu secara individu tidak akan merusak hutan, kecuali pengusaha yang membawa puluhan anak buahnya dengan puluhan Shinsaw.
Lalu bagaimana dengan para pengusaha yang membuka lahan baru secara besar-besaran, entah itu hutan produktif, hutan adat dan atau hutan apa sebutannya? Nah inilah dia yang sebenarnya penggundul hutan, alias penyebab hutan punah.
Bayangkan saat hutan ditebang sampai dengan rumput disemprot menggunakan Herbitisida (racun pembasmi rumput dan belukar). Jangankan rumput akar pohonpun ikut lapuk di dalam tanah. Dalam waktu satu tahun, hutan telah jadi tandus dengan akar kayu yang lapuk dan busuk. Ketika hujan deras, bukan hanya air yang mengalir ke sungai, tapi lapisan tanah yang gembur lagi ikut hanyut ke sungai karena tanpa akar penahan lagi.
Bukankah sangat berbeda dengan penebang kayu oleh warga demi sesuap nasi untuk menafkahi keluarganya?
Katakan saja untuk pembukaan ribuan hektar lahan baru untuk perkebunan sawit bagi mantan Kombatan GAM di empat kecamatan di Pidie Jaya, dengan anggaran Rp 7, 4 milyar, merupakan program BRA tahun 2022, namun itu juga bagian dari merambah hutan. Siapa yang yakin 5 tahun kemudian akar-akar sawit akan bisa menahan arus air tatkala hujan lebat di pegunungan Pidie Jaya. Itupun jika sawit bisa selamat dari amukan satwa, karena disitu pula Habitatnya Para Satwa.
Nah ini juga salah satu penyebab banjir bandang saat ini yang tengah melanda Pidie Jaya.
Kedua, Penyebab banjir bandang yang merendam Pidie Jaya, juga disebabkan dangkal dan kecilnya Kuala (muara). Serta dangkal dan semak sungai, penduduk di di DAS juga tidak menjaga lingkungan yang bersih sehingga dengan gampang membuang sampah ke sungai. Semua itu penyebab aliran arus air ke laut terhambat, berdampak akan meluap air sungai ke pemukiman warga, serta mengendap dalam waktu yang cukup lama. Warga yang akan menanggung semua akibat di atas.
Meskipun akan dimasukkan ke dalam *isu bencana.*
Dari semua catatan di atas, penulis berkesimpulan, Penyebab banjir bandang yang kerap merendam Pidie Jaya, karena Drainase yang buruk tanpa perbaikan/ tanpa rehabilitasi yang sempurna dan pembukaan lahan perkebunan baru secara besar-besaran di hutan Pidie Jaya.
Untuk itu diharapkan pemerintah agar lebih bijak dalam mencari solusi serta menanggulanginya, meskipun itu ranahnya pusat.
Sebab jika rencana tinggal rencana itu mustahil akan ada solusi dan penanggulanginya.
Wassalam Penulis
Ismail M Adam
(jurnalis Transmedia)