HEADLINE
Dark Mode
Large text article

Bergesernya Motif Pengguna Layanan Koperasi BLN Si Pintar


Part 1 


Oleh : Si Pintar


Memahami adalah kunci untuk mengatasi kekecewaan


Sejak otoritas Koperasi Bahana Lintas Nusantara pada tanggal 17 Maret 2025 mengumumkan kebijakan konversi  layanan produk koperasi Si Pintar (_Simpanan Pintar Bayar_)  manjadi Si Jangkung (_Simpanan Berjangka Pasti Untung_). Secara masif dan berantai pengumuman itu langsung menyebar luas melalui group daring What's App hingga ke kanal sosmed sosmed mainstream. 


Koperasi Bahana Lintas Nusantara atau populer disebut BLN adalah badan hukum koperasi yang mendapatkan ijin dari Kementrian Koperasi RI melalui Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Tengah. Koperasi yang berkedudukan di Surakarta dan berkantor administratif pusat di Kota Salatiga Jateng sudah sejak Januari 2019 meluncurkan berbagai produk layanan koperasi bagi anggota dan yang paling populer adalah Si Pintar karena bagi hasil dengan margin profit yang tinggi yaitu sebesar 4,17 % setiap bulan atau 100% selama 24 bulan. 


Pada awal peluncuran layanan produk ini diperuntukan bagi anggota yang benar benar kesulitan ekonomi khususnya bagi anggota yang terlilit hutang pada rentenir atau lembaga pembiaya hingga aset aset jaminan terancam untuk dilelang eksekusi. 


Pada awal peluncurannya Si Pintar diprioritaskan bagi anggota yang benar benar terdesak dan butuh penyelesaian sehingga untuk menggunakan layanan produk ini memerlukan syarat khusus seperti surat peringatan dari lembaga pembiaya dll. Pada saat itu tagline koperasi menyangkut layanan Si Pintar adalah solusi emergeny keuangan bagi anggota. 


Bagi anggota lain yang tidak memenuhi syarat maka disediakan layanan produk Si Jangkung, Si Mapan, Si Rut Plus dan Si Indah (bagi hasil rata rata 1,5 - 2% perbulan) 


Pada gilirannya Si Pintar berlahan lahan menjadi incaran dan magnet bagi masyarakat luas untuk bergabung menjadi anggota Koperasi BLN. Kelonggaran syarat dan ketentuan yang diterapkan managemen BLN pada satu sisi dan dugaan berbagai keterangan tidak semestinya dari anggota agar bisa menggunakan Si Pintar pada sisi yang lain nampaknya menjadi pemicu persoalan. Sebab pada akhirnya anggota penikmat layanan produk Si Pintar menjadi membludak tidak terkendali.


Nampaknya para anggota penikmat layanan produk Si Pintar memanfaatkan layanan ini untuk terus mencari keuntungan yang sebesar besarnya dengan cara mengumpulkan bagi hasil 4,17 %  perbulan untuk didaftarkan lagi (menggulung) ke layanan Si Pintar hingga satu orang bisa memegang bilyet si Pintar bisa 2,3, 4 bahkan puluhan bilyet. Modus lain juga ditemukan angggota menghimpun dana dari orang lain secara berantai selanjutnya memotong atau mengambil bagi hasil untuk keuntungan pribadinya. 


Sejak Januari 2019 s/d Maret 2025 (6, 5 tahun) pemegang layanan Si Pintar mencapai sekitar 109.000 bilyet dari sekitar 40.000 orang. Selama itu Koperasi BLN secara rutin memberikan bagi hasil sekitar 3 M perhari, 90 M perbulan, 1,08 T Pertahun atau sekitar 7 T selama 6 tahun. Ditilik dari perhitungan kasar ini maka anggota layanan Si Pintar telah mendapatkan keuntungan yang berlipat lipat tentunya. 


Dalam perjalanannya layanan produk Si Pintar perlahan lahan menjelma menjadi zona paling nyaman bagi anggota dalam hal keuangan. Dengan memegang bilyet Si Pintar harapan hidup mapan tanpa harus bekerja keras, namun mendapatkan hasil profit yang tinggi sebesar 4,17% perbulan. Margin bagi hasil yang fantastis telah menciptakan ekpektasi hidup yang mapan dengan cara yang instan. Karena hal tersebut menciptakan keinginan untuk terus meningkatkan hasil. Para anggota rata rata mendadak menjadi entrepreneur margin bunga bagi hasil yaitu mengajukan kredit pada lembaga pembiaya konvensional dengan jaminan sertipikat, BPKB dll dengan bunga rendah selanjutnya uang tersebut dikonversikan pada Si Pintar yang akan mendapatkan bunga yang tinggi. Sederhananya masyarakat "kulakan" bunga dari bank dan "dijual" pada si Pintar. Sehingga setiap bulan akan mendapatkan sisa keuntungan margin bunga setelah digunakan untuk mengangsur pada lembaga pembiaya. 


Keuntungan profit yang tinggi menjadi motivasi utama masyarakat untuk berspekulasi mengajukan kredit/ hutang pada bank. Hal ini secara manusiawi adalah hal yang wajar karenanya ada ungkapan "manusia tidak ada puasnya" menggambarkan sifat alami manusia yang cenderung selalu menginginkan lebih atau tidak puas dengan apa yang mereka miliki saat ini. 


Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk evolusi, kebutuhan untuk bertahan hidup, dan pengaruh lingkungan sosial. Terdapat berbagai teori dan penelitian psikologis yang menjelaskan mengapa manusia seringkali tidak puas. Beberapa faktor penyebabnya antara lain karena tuntutan hidup yang teradaptasi dengan perilaku hedonisme (kebiasaan yang membuat cepat menyesuaikan diri dengan hal kesenangan) dan bias negatif (kecenderungan untuk lebih fokus pada hal-hal negatif daripada hal-hal positif). 


Karena hal tersebut maka kemunculan layanan produk Koperasi Si Pintar nampaknya telah menggeser pola adagium yang awalnya adalah *solusi emergency keuangan anggota* menjadi *solusi emergency  perubahan gaya hidup*

Ekspresi Kekecewaan

Munculnya beragam ekspresi kekecewaan dari para pengguna layanan Si Pintar didalam berbagai platform media sosial mulai dari curhat terbuka, sindiran halus hingga ada yang bertindak sarkasme. 

Beberapa bentuk ekspresi kekecewaan di media sosial meliputi postingan status, komentar di postingan orang lain, meme, dan bahkan penggunaan bahasa dan simbol yang menunjukkan perasaan kecewa.

Di era media sosial, drama cepat berubah menjadi seperti sebuah pertunjukan. Sang penggemar paling setia berubah menjadi pembenci yang paling brutal. Kenapa? Karena media sosial memperbesar semua hal itu, termasuk luka dan ego. 

Praktik memposting konten yang emosional atau dramatis adalah cara mencari simpati (perhatian) dari komunitas online hal ini dalam dunia daring disebut dengan istilah *Sadfhising* dan di era ini adalah sebuah keniscayaan. 

Dalam ekspresi ini sering muncul tuduhan berperan seakan akan sebagai korban (flaying victim) hal ini tentu menciptakan dilema, bagaimana kita bisa membedakan antara mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan dan mereka yang hanya mencari perhatian?

Kekecewaan tidak memiliki tempat di hati yang penuh rasa syukur

Bersambung...

Penulis adalah pemerhati budaya sehari hari tinggal di desa sekaligus salah satu pemegang Bilyet Si Pintar Koperasi BLN yang saat ini juga belum mendapatkan profit bagi hasil.

(M.Sofyan)