Pondok gembala tempat tinggal Ursone alias Pietro Antonio Ursone
MA. Lembang Bandung Barat Jabar. 12 Januari 2025
Sengketa tanah Lembang Bandung Barat Jabar
Banyak Isyu yang berkembang khususnya di masyarakat Lembang sehingga membuat ketidak nyamanan masyarakat Lembang.
Berdasarkan sumber yang saya dapatkan dari beberapa sumber, bahwa pada masa kolonial Belanda hampir mayoritas tanah Lembang dikuasi orang2 keturunan Belanda dan Italia, diantaranya Ursone alias Pietro Antonio Ursone yang menikah dengan wanita pribumi yang bernama Nyi Oerki. Ursone meninggal pada tahun 29 mei 1935 dan Nyi Oerki meninggal pada tahun 23 September 1938. Mereka menguasai hak tanah Lembang hampir 70%. Dengan cara membeli. Mereka juga memiliki keturunan tunggal dari pernikahan nya hanya yaitu Mafalda binti Ursone aliaspietro Antonio Ursone. Pada tanggal 5 Agustus Mafalda binti Ursone menikah dengan Doerman alias D. Noma bin Koni di wilayah kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Dari pernikahan tersebut memiliki anak-anak diantara nya Rudi Noma, Roni Noma, Martino Noma. Dari sumber yang saya dapati. Akan tetapi kemungkinan dahulunya tanah tanah Ursone banyak yang ditinggali dan tidak terurus sehingga banyak pihak pihak yang mengklaim kepemilikan dan permainan permainan oknum pejabat pertanahan serta para penguasa sehingga menjadi polemik saat ini. Sehingga wajar menjadi permasalahan sampai saat ini. Ini adalah tanggung jawab pemerintah saat ini untuk menyelesaikannya secara bijak dan adil serta mengedepankan hak haknya para ahli waris yang saya lihat banyak teraniaya oleh para penguasa. Dan dari sumber di lapangan banyak sertifikat sertifikat ganda yang sy sendiri hal hal yang aneh. Begitu melegendanya daerah Lembang baik nasional maupun manca negara bahkan pendapatan daerah yang cukup tinggi tapi niris bagi masyarakatnya, bahkan sampai saya cari tahu banyak penduduk pribumi tapi hidupnya mengontrak di tanah kelahirannya. Setelah dianalisis Krn tanah warisan mereka yang telah digarap bertahun tahun oleh kakek buyutnya telah diambil alih oleh para penguasa dan para oknum Badan Pertanahan Nasional. Bahkan ada pegawai Honorer di BPN KBB lebih kuasa daripada pegawai negerinya di BPN tersebut mungkin dikarenakan pegawai honorer tersebut asli pribumi masyarakat Lembang yang berkolaborasi dengan para penguasa. Jangankan masyarakat kecil pasar daerah Lembang yang kaya dengan pendapatannya pun tidak jelas dan Kantor kecamatan pun tidak jelas. Ini niris sekali suatu daerah yang kaya akan hasil alam nya dan wisata nya sehingga masyarakat Lembang seperti bertamu di rumah nya sendiri. Jl