terkini

Irjen Pol Fakhrizal: Memimpin Itu Harus dengan Hati

6/22/20, 12:07 WIB Last Updated 2020-06-22T05:07:52Z


Dalam peta politik di Sumatra Barat (Sumbar), Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Fakhrizal saat ini dikenal sebagai satu-satunya tokoh yang akan maju di Pilkada Sumbar mendatang dari calon perseorangan (independen). Fakhrizal yang berpasangan dengan Wali Kota Pariaman, Genius Umar, optimis menang dalam helatan lima tahunan itu.

Sekilas nampak, tidak ada yang berbeda dari pria berkumis itu. Tidak ada sekat dan dinding pembatas. Mantan Kapolda Sumbar itu sudah terbiasa membaur dengan semua kalangan masyarakat. Saat berjumpa dengan siapapun, dia selalu menyambut dengan senyum. Itulah ciri khas yang selalu melekat padanya.

Jenderal rendah hati yang santun, Jenderal 'Niniak Mamak', begitulah masyarakat menyebutnya.

Menurut Fakhrizal ada tiga hal pokok yang harus ada pada diri seorang pemimpin, yaitu hati, empati, dan bijaksana.

Jika pemimpin mengesampingkan empati, maka akan banyak ketimpangan yang akan terjadi. Begitu juga dengan hati, pemimpin itu harus bisa merasakan apa yang terjadi di tengah masyarakat. Jangan hanya memikirkan diri sendiri atau kelompok.

"Jangan hilangkan hati dalam memimpin, berempatilah terhadap warga," ujarnya saat berbincang-bincang beberapa waktu lalu.

Kemudian, dalam mengambil keputusan, Fakhrizal mengungkapkan, bahwa sikap bijaksana merupakan hal yang harus ada melekat pada diri seorang pemimpin.

Selama menjadi pemimpin di institusi kepolisian, seperti sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Sumbar, Fakhrizal menerapkan tiga kunci tersebut dalam mengayomi semua anggotanya dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat.

Terbukti, selama jadi Kapolda Sumbar, Fakhrizal dekat semua kalangan. Baik itu pemuda, tokoh adat, ulama, akedemisi, petani, nelayan dan sebagainya.

Salah satu sikap bijaksana Fakhrizal yang disorot saat jadi Kapolda Sumbar ialah membayarkan ganti rugi Iwan Mulyadi, kemudian keluarga Faisal, Budri, dan Erik Alamsyah.

Fakhrizal bercerita soal pembayaran ganti rugi Iwan Mulyadi, korban salah tembak di Pasaman. Dimana, setelah adanya putusan pengadilan terkait pembayaran ganti rugi terhadapnya, Iwan tak kunjung mendapatkan hak nya.

Iwan Mulyadi, korban salah tembak oleh seorang anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, setelah 12 tahun berjuang, akhirnya mendapatkan haknya. Iwan mendapatkan ganti rugi atas peristiwa itu senilai Rp300 juta, dibayarkan langsung oleh Fakhrizal.

Semenjak mengetahui soal Iwan Mulyadi tersebut, Fakhrizal langsung menginstruksikan anggota untuk mengurus ganti rugi tersebut dan mencari tahu dimana kendalanya selama ini.

"Waktu pertama dapat kabar, saya terenyuh dengan nasib yang dialami Iwan Mulyadi. Makanya saya ambil keputusan untuk membayarkan terlebih dahulu hak Iwan Mulyadi. Saya juga tambahkan dari uang pribadi saya," kenang Fakhrizal.

Selanjutnya di tangan Fakhrizal, uang ganti rugi kepada keluarga korban penganiyaan berujung kematian Faisal, Busri dan Erik Alamsyah juga dibayarkan. Mereka adalah korban penganiayaan berujung kematian dilakukan oleh anggota Polisi di Kabupaten Sijunjung tahun 2011 silam.

Putusan di tingkat kasasi sudah keluar tahun 2018, Mahkamah Agung menilai Polres Sijunjung harus bertanggung jawab dan putusan itu memerintahkan Polri untuk membayarkan uang ganti rugi immateril sebesar Rp 500 juta kepada keluarga korban.

Di penghujung jabatannya sebagai Kapolda Sumbar, Fakhrizal menuntaskan ganti rugi tersebut. Setidaknya bisa memberikan rasa keadilan kepada keluarga korban.

"Saya tak ingin hak orang itu tidak dibayarkan, apalagi sudah ada putusan inkrah," ujarnya.

Dengan mengambil kebijakan seperti itu, ujarnya, disitulah pentingnya sikap bijaksana, yang dibarengi dengan rasa empati. "Saya sudah bilang, kita itu harus pakai hati, punya empati, dan bijaksana," jelasnya.

Berbicara lebih jauh lagi, Fakhrizal juga dikenal sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab. Hal itulah menjadi alasan Genius Umar mau mendampinginya untuk berlaga di Pilkada Sumbar mendatang.

"Saya siap menjadi Cawagub pak Fakhrizal karena ia pemimpin yang berkarakter dan punya leadership yang kuat, Sumbar sekarang dan ke depan butuh kepemimpinan seperti pak Fakhrizal," kata Genius Umar beberapa waktu lalu.

Terjun ke Dunia Politik

Semenjak bergabung di isntitusi kepolisian, Fakhrizal hanya bercita-cita ingin jadi polisi yang berprestasi dan dicintai masyarakat. Hal itu sudah diraih oleh pria kelahiran 26 April 1963 itu. Di manapun ia bertugas, Fakhrizal dikenal dekat dengan masyarakat. Dalam karir, Fakhrizal sudah menyandang bintang dua di pundaknya, tidak semua polisi bisa meraihnya.

Fakhrizal sebelumnya juga termasuk Perwira Tinggi yang dipercaya menjadi Kapolda dengan masa jabatan cukup lama, lima tahun. Dua tahun sebagai Kapolda Kalimantan Tengah dan tiga tahun di Sumbar.

Bagi Fakhrizal, capaiannya tersebut sudah cukup memuaskan. Dulu ia bertekad, setelah pensiun akan fokus meluangkan waktu kepada keluarga, tidak ada ambisi jadi politisi. Namun, karena berbagai pertimbangan, kini Fakhrizal terjun ke dunia politik.

Mengambil langkah untuk ikut bertarung di Pilkada Sumbar mendatang, bagi Fakhrizal hal itu bukan ambisi pribadi untuk menggapai kekuasaan, bukan juga untuk mencari kekayaan. Tetapi karena adanya permintaan dan dorongan semua kalangan masyarakat dan membulatkan tekad bersatu untuk Sumbar maju.

Tidak bisa dipungkiri, tiga tahun menjadi Kapolda Sumbar, Fakhrizal memimpin dengan mengedepankan instegritas dan selama itu pula Sumbar dalam keadaan aman dan kondusif. Hal itulah yang menjadi indikator derasnya dukungan masyarakat agar Fakhrizal maju sebagai calon gubernur.

"Banyak yang minta, Tokoh Masyarakat, komunitas olahraga, tokoh adat, ulama, petani. Semuanya mengharapkan saya untuk jadi gubernur. Atas dasar itulah saya bulatkan tekad," ujarnya.

Tak Alergi Kritik

Kita tidak bisa memungkiri, masih banyak tokoh atau pemimpin yang tidak siap untuk dikritik. Ada yang marah ketika dikritik dan ada juga yang menjadikan si pengkritik itu sebagai musuh.

Bagi Fakhrizal kritikan dan saran itu hal yang penting bagi seseorang dalam memimpin. Menurutnya, sebagai manusia biasa sudah pasti memiliki kekhilafan dan ketika ada kritikan, semestinya kita bisa mengakomodirnya untuk bisa menjadi lebih baik lagi.

"Saya ketika dikritik tidak pernah marah, tidak pernah memusuhin orang yang mengkritik saya. Saya dengarkan, kalau saya rasa itu baik, saya kerjakan," ujarnya.

(lif)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Irjen Pol Fakhrizal: Memimpin Itu Harus dengan Hati

Terkini

Topik Populer