terkini

Begini Kata Dokter Soal Bayi 43 Hari Meninggal Usai Berobat di Puskesmas Singkil

Pujo
6/14/22, 00:27 WIB Last Updated 2022-06-13T17:56:35Z
Aceh Singkil-Mediaadvokasi.id 
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu tempat pengembangan kesehatan  bagi masyarakat dan juga memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat. 

Puskesmas juga memiliki 3 fungsi pokok,  Pertama sebagai pusat pembangunan kesehatan kepada masyarakat. 

Kemudian, membina peran masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat .

Terakhir , memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat. 

Namun, Sayang, di Puskesmas Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil dikabarkan melanggar  3 fungsi pokok tersebut. 

Pasalnya,Puskesmas Singkil tersebut dinilai pelayanannya buruk dan tidak maksimal. karena mengakibatkan anak dari Pasangan Suami istri (Pasutri)  Banu dan Neneng warga Desa Pulau Sarok Kecamatan Singkil, Aceh Singkil meninggal dunia usai berobat. 


Kabar meninggalnya bayi yang masih berusia 43 hari diKomplek Perumahan BRR Kecamatan Singkil itu sempat heboh dan muncul di media online dan media sosial, sehingga menjadi perhatian masyarakat.


Sebelumnya Banu  mengatakan Kepada Wartawan, kronologi meninggal Bayinya tersebut berawal Pada Selasa (7/5) malam lalu, Dia dan Istri  pergi ke Puskesmas Singkil membawa bayinya untuk mendapatkan perawatan intensif oleh Dokter.


"Pada malam itu, bayi kami sedang sakit
kejang-kejang, dan ingin mendapatkan perawatan dari dokter setempat" Kata Banu Ayah Korban Kepada wartawan (9/5). 


Tapi sayang,  lanjut Banu, Dokter tidak ada ditempat dan tidak mau datang hanya mengandalkan telepon dari perawat (medis) untuk pemberian obat kepada pasien.

“Para perawat (medis) di puskesmas itu kurang cepat melayani pasien yang sedang darurat, bahkan Dokter yang piket tidak mau datang untuk memeriksa anak saya pada hal jam masih 23.00 WIB dan kenapa mengandalkan telepon kepada perawat (medis) untuk pemberian obat,"Ujarnya.


Dikatanya, Dirinya sangat kecewa atas pelayanan Puskesmas Singkil tersbut, sehingga dengan kondisi kecewa disertai dengan panik  dan cemas akan keselamatan anak kami.

Tanpa basabasi, Katanya,  langsung membawa pulang bayinya ke rumah dan meminumkan obat Amoxilin dari Puskesmas tersebut, " Terangnya. 

Usai  bayinya minum obat tersebut, lanjut Banu, kondisi bayinya tambah parah, bahkan kesulitan bernapas dan keluar darah dari hidungnya, sehingga kami membawa anak kami ke rumah Dokter di tempat lain," Ungkap Banu. 


Tapi sayang, anak kami yang berusia 43 hari tersebut belum sempat di obati intensif oleh Dokter di tempat lain, Anak Kami telah meninggal dunia," Tutupnya


Menanggapi keluhan keluarga Banu tersebut, Kepala Dinas Kesehatan H Subarsono memanggil dokter bersangkutan serta Kepala Puskesmas Singkil.

Didampingi Kadis Kesehatan, Kepala Puskesmas dr Yuna Marini Sianipar, dr Diski, Kabid Kesmas Hariono, Kasi Pelayanan Neti Pohan, serta Staf Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Yuliana kepada wartawan, Senin (13/6) menjelaskan, pada Selasa malam perawat Khaidir menghubungi dr Diski yang sedang bertugas piket malam itu.

Saat konsultasi melalui handphone apakah ada demam, ternyata tidak ada. Apakah batuk ada keluar darah, juga tidak ada, ucap dr Diki menirukan percakapannya dengan perawat pada malam itu.

Kemudian kondisi pasien bayi juga tidak mengalami sesak pada malam itu, termasuk tidak ada mengalami kejang.

Kemudian saat digali riwayat lahirnya juga normal tidak ada kelainan, dengan berat timbangan 3,8. Temperatur suhu badan juga 3,61. “Kita nilai pasien tidak ada masalah,” sebutnya. 



Begitupun katanya, berdasarkan SOP(Standard Operating Procedure), untuk penanganan pasien IGD yang datang itu akan dilakukan observasi terlebih dahulu. 

Karena di igd berlaku sistem on call saat diluar jam kerja harian, maka pasien yg datang ke igd diluar jam kerja harian, intruksi dokter ke perawat melalui telepon, "katanya.


Lebih lanjut Dr  Diski mengatakan, Untuk awal biasa observasi sederhana, yakni harus dipantau dulu selama 15 menit lalu kalau tidak ada keluhan lain bisa diperbolehkan pulang. 

Jika ada keluhan yang buruk bisa dilakukan observasi lanjutan dan bisa ditangani lebih lanjut dan dokter pasti datang. Tapi malam itu tidak demam dan tidak ada kedaruratan dan hanya batuk biasa tidak ada batuk berdarah pada malam itu,” sebut Diski. 

Tapi, papar dia, kondisi pasien habis terima resep langsung pulang dan obat diminum di rumah. Jadi tidak bisa dilakukan observasi. 

“Karena malam hanya keluhan biasa maka dokter belum datang. Jika sudah emergensi dokter pasti datang,” tambah Dr Yuna

“Dan obat yang diberikan juga hanya sebagai anti biotik yakni Amoxilin. Untuk minum obat bayi juga sudah kita berikan saran harus posisi duduk. Tidak boleh posisi setengah duduk apalagi tidur. Dan jangan dekat asap rokok,” terangnya.

Namun jika kondisi sampai batuk berdarah berarti mengalami radang tenggorokan. Dan jika mengalami kejang kecurigaan akibat tersedak, bisa jadi saat meminumkan obat posisi anak sedang miring atau tidur. Sehingga menyebabkan tersedak.

Minum ASI dengan posisi setengah duduk dan tidur juga berbahaya, dan bisa menyebabkan bayi tersedak. “Saya curiga bayi mengalami tersedak, apakah karena obat atau ASI,” sebut dr Diski.

Dipaparkannya, jika kondisi bayi mengalami batuk, dalam kondisi tubuh tidak normal seperti setengah duduk atau tidur, sehingga saat kondisi minum maka air masuk ke paru-paru dan tidak masuk ke lambung. “Dan kondisi ini lah yang menyebabkan bayi tersedak dan membahayakan pernapasannya tertutup hingga menyebabkan kematian,” terang dr Diski.(Ahmad)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Begini Kata Dokter Soal Bayi 43 Hari Meninggal Usai Berobat di Puskesmas Singkil

Terkini

Topik Populer